irero.doc Memiliki cita-cita menerbitkan buku sendiri sedikit membuat kita lebih berhati-hati dalam bersikap dan bertutur. Terlebih bila buku tersebut akan dipasarkan ke masyarakat umum. Pandai-pandailah membawa diri, begitu kiranya. Adakalanya hal tersebut membenturkan niat untuk mengkritisi karya orang lain. Seorang senior bilang, seorang kritikus sastra pandai sekali menguliti karya hingga sampai ketulang-tulangnya. Beberapa penulis bergidik karenanya. Padahal, belum tentu mereka bisa membuat karya yang lebih baik atau sekadar serupa. Akibat cita-cita itu, muncul keengganan untuk mengkritik secara gamblang dan blak-blakan. Seorang pembaca yang sekaligus berprofesi sebagai penulis cenderung mempersepsikan diri sebagai si pembuat objek yang dikritik. Walhasil, kehati-hatian muncul, ranah ‘aman’ pun dimainkan. Berbeda dengan pembaca murni, mereka lebih mempersepsikan diri layaknya konsumen yang subjektif sehingga lebih apa adanya dalam memberi tanggapan. Pemahaman