Rei menatap mata Teddy Bear di hadapannya. Mencoba mentransformasikan apa yang ada di pikirannya. Si Teddy layaknya boneka sejati, tak bergerak pula tak bernafas. Tapi mata Teddy seolah menatap balik ke Rei, dia mengerti kegalauan yang tengah melanda tuannya. “Kau tau aku menggilai kembang api?” kata Rei, akhirnya. Tangannya menekuk kepala Teddy untuk membuktikan bahwa dia tidak sedang berbicara sendiri. “Dan kau tahu setiap malam pergantian tahun aku selalu menikmatinya?” kembali Rei menganggukkan Teddy. “Kembang api itu menyimpan harapan banyak orang, dia hanya dimunculkan dalam acara-acara tertentu, simbol kebahagiaan. Bahkan, kembang api itu mutlak kebahagiaan, tak seorang pun pilu ketika melihatnya, bukan?” Teddy hanya terdiam. Rei berhenti berkata beberapa saat. Sisa angin malam dalam kamarnya perlahan menelusuri pori-pori, merasuk membalut hatinya yang tengah kalut. Malam ini tak akan ada kembang api, bahkan dalam imanjinasi Rei. Rei enggan melihat kem