Skip to main content

Jamu Sebagai Warisan Budaya dan Sahabat Perlindungan Keluarga

Jamu gendongan (dok.pri)

Siapa sangka presiden sekelas Joko Widodo ternyata secara konsisten minum jamu!  Hal ini beliau ungkapkan kepada salah satu redaktur koran Suara Merdeka Semarang pada sebuah kunjungan di tahun 2019 silam.

“Saya memang sudah 17 tahun ini saya minum rutin pagi itu jamu, jamu. Berkali-kali sudah saya sampaikan membuat sendiri, temulawak 80 persen, jahenya 20 persen setiap pagi hanya pagi buat sendiri dan perut belum terisi sudah minum itu,” kata Jokowi dikutip dari setkab.go.id

Kabar ini memperkokoh posisi jamu sebagai minuman herbal yang bisa dikonsumsi oleh semua kalangan. 

Siapa yang tidak bangga coba,  bahwa ternyata minuman yang rutin saya konsumsi ini juga dikonsumsi oleh seorang Presiden?!

Langganan jamu gendongan (dok.pri)


Cerita Awal Saya Rutin Minum Jamu

Di daerah tempat tinggal saya ada ibu-ibu paruh baya penjual jamu gendongan. Awal saya mengenal beliau adalah ketika tetangga sebelah rumah rutin mengonsumsi jamu kunyit asem miliknya. Karena sering ketemu akhirnya saya pun ketularan berlangganan. 

Jamu yang biasanya saya konsumsi antara lain beras kencur dan kunyit asem yang dicampur dengan sedikit jahe. Pernah saya iseng pesan brotowali dan temulawak seperti yang dikonsumsi Jokowi tapi ternyata pahitnya luar biasa. Setelahnya saya kapok dan hanya memesan yang manis – manis saja.

Tujuan awal saya mengonsumsi jamu adalah untuk mengatasi nyeri haid dan menurunkan gejala maag yang sering saya alami namun, setelah rutin meminumnya saya justru mendapat banyak manfaat. Saya jadi lebih sehat dan jarang sakit.

Sering melihat saya mengonsumsi jamu, suami pun lambat laun ikut ketularan. Berkendara setiap hari dari Depok ke Jakarta membuat suami saya butuh daya tahan tubuh yang lebih. Tapi efeknya memang benar terasa, suami jadi jarang sakit dan jarang pegal-pegal.

Selain alasan kesehatan, rutinitas mengkonsumsi jamu yang saya lakukan sebenarnya juga untuk mengobati rasa rindu dengan kampung halaman. Dulu sewaktu saya masih SD, setiap sore ibu selalu membeli jamu gedongan yang lewat di depan rumah. Karena penasaran dengan rasanya, saya pun merengek meminta jamu yang ibu minum. Meski sudah diperingatkan bahwa itu pahit namun saya tetap ngeyel dan meminumnya.

Wajah saya mengernyit dengan lidah yang menjulur keluar, tak kuat menahan pahitnya. Wes dikandani kok ngeyel! (sudah dibilangin kok keras kepala!) kata ibu kala itu. Rupanya jamu yang ibu minum adalah jamu brotowali yang rasa pahitnya melebihi pahit kehidupan, hehe.

Si Mbok jamu akhirnya memberi saya segelas beras kencur untuk meredakan pahit. Setelah peristiwa itu, setiap kali ibu membeli jamu saya hanya akan diberi beras kencur.

Suatu ketika karena masih penasaran, saya pun bertanya kepada ibu mengapa ia mau meminum sesuatu yang pahit? Kata ibu itu buat tombo (obat). Jamu itu seperti obat, memang pahit dan tidak enak tapi dampaknya baik untuk tubuh.

 

Eksistensi Jamu dan Kekayaan Alam Indonesia

Berbahagialah kita yang tinggal di Indonesia karena memiliki sumber kekayaan alam yang luar biasa. Aneka macam tumbuh-tumbuhan herbal serta rempah-rempah tumbuh dan tersebar di mana-mana. Kekayaan ini bahkan pernah menarik minat bangsa lain untuk datang dan melakukan penguasaan.

Tumbuh-tumbuhan herbal serta rempah-rempah yang kita miliki oleh nenek moyang kita diolah dan diramu menjadi obat untuk menyembuhkan segala jenis penyakit. Istilah jamu sendiri berasal dari gabungan kata “jawa” dan “ngramu”. Ngramu berarti meramu dan Jawa karena di buat oleh orang jawa.

Hal ini menjadi warisan turun temurun lintas jaman, mulai dari jaman 1300 Masehi, jaman kerajaan, jaman penjajahan, jaman kemerdekaan hingga sekarang.  Eksistensi jamu semakin terbukti pasca jejaknya ditemukan dalam situs arkeolog Liyangan, relief candi Borobudur dan beberapa manuskrip lain.

Jamu bahkan secara resmi sudah ditetapkan sebagai warisan budaya oleh UNESCO sejak 6 Desember 2023 lalu dalam sidang ke-18 Intergovermental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Republik Botswana. Wah, sebagai bangsa Indonesia kita patut bangga, bukan?!

 

Khasiat Jamu untuk Tubuh

Jamu adalah ramuan serta olahan dari aneka bahan herbal alami yang dipercaya memiliki banyak khasiat untuk tubuh. Bahan-bahan jamu sebelum diolah sudah mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh sehingga ketika disatukan menjadi ramuan yang kaya akan manfaat.

Berikut beberapa contoh jamu khas Indonesia beserta manfaatnya;

Beras kencur

Jamu ini terdiri dari beras dan kencur. Beras sendiri mengandung kalsium, fosfor serta kalium sementara kencur mengandung flavonoid, kalium, fosfor, magnesium, zat besi, mangan dan zinc. Rasa jamu ini manis dan sering dijadikan bala bantuan untuk menghilangkan rasa pahit pasca minum jamu pahit seperti brotowali, daun pepaya dan temulawak.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa Jamu beras kencur memiliki banyak manfaat di antaranya sebagai antikanker, antiradang, antioksidan, antibakteri dan antidiabetes.

Kunyit asam

Sesuai namanya jamu ini adalah hasil olahan dari kunyit dan asam. Kunyit dikenal memiliki kandungan kurkumin sementara asam jawa juga dikenal kaya akan magnesium.

Sama halnya beras kencur, kunyit asam juga memiliki segudang manfaat seperti contohnya mengatasi konstipasi, menjaga kesehatan tulang, meredakan nyeri, menurunkan kadar kolesterol jahat, memperbaiki suasana perasaan, meningkatkan daya tahan tubuh, menangkal efek paparan radikal bebas serta menurunkan resiko penyakit kanker.

Brotowali

Jamu yang terkenal pahit ini diolah dengan bahan-bahan seperti batang brotowali, daun sambiloto, akar alang-alang serta ceplik sari. Brotowali sendiri sudah mengandung berbagai nutrisi yang baik untuk tubuh di antaranya karbohidrat, protein, lemak, vitamin C serta aneka mineral seperti fosfor, kalium, mangan, kalsium, zinc, zat besi dan tembaga.

Di balik rasanya yang pahit, jamu brotowali dipercaya mampu menurunkan kadar gula dalam darah, meningkatkan daya tahan tubuh, meredakan peradangan, membasmi bakteri dan jamur penyebab infeksi, memelihara kesehatan tulang, mendukung kesehatan dan fungsi hati serta menghambat pertumbuhan sel kanker.

Cabe Puyang

Jamu ini adalah hasil perpaduan antara cabe jawa dan lempuyang. Jamu ini berkhasiat untuk meningkatkan imun tubuh, mengatasi pegal linu, nyeri sendi, kembung serta batuk pilek. Sesuai namanya, jamu ini memiliki rasa pedas dan manis.

Selain 4 ramuan di atas, masih banyak bahan lain yang juga sering dipakai untuk meramu jamu seperti temulawak, jahe dan daun pepaya. Bahan-bahan ini juga memiliki segudang manfaat.

Temulawak misalnya, mampu meningkatkan fungsi pencernaan, fungsi ginjal, metabolisme tubuh, membantu mengatasi mual, zat antikanker serta antioksidan. Sementara itu jahe juga tidak kalah banyak manfaatnya. Saking banyaknya bahkan bahan ini sempat langka di masa pandemi lalu.

Jahe disinyalir mampu mengatasi mual, sakit maag, mengobati flu, menurunkan reaksi alergi, menurunkan berat badan, meredakan nyeri haid, mengatasi osteoarthritis hingga menurunkan kolesterol

 

Jamu Sebagai Sahabat Perlindungan Keluarga

Banyaknya manfaat yang didapat dari hasil mengonsumsi jamu menjadikan ramuan ini layak disebut sebagai sahabat pelindung keluarga. Tidak hanya obat dikala sakit, jamu juga dikonsumsi rutin untuk menambah kekebalan tubuh. Jamu juga cocok dikonsumsi oleh segala usia. Mulai dari orang dewasa, manula hingga anak-anak.

Dulu ketika saya masih remaja ibu hampir rutin memberi saya jamu kunyit asam untuk meredakan nyeri haid. Tentu saja ibu tahu ini bukan dari Google melainkan turun temurun dari orang terdahulu. Nyatanya, beberapa studi membenarkan bahwa kandungan kurkumin pada kunyit mampu meringankan rasa sakit akibat menstruasi.

Pernah juga saya mengalami susah buang air besar lalu ibu menyeduh air hangat yang berisi irisan serai dan kunyit yang dicampur dengan madu. Walhasil yang tadinya saya buang air besar seminggu sekali menjadi rutin setiap hari.

Saking pentingnya ibu bahkan menanam beberapa apotik hidup di belakang rumah. Tujuannya adalah agar bisa siap sedia apabila terjadi sesuatu pada salah satu anggota keluarga.

Program apotik hidup ini juga digalakkan oleh para ibu-ibu PKK. Bahkan dalam 1 RT di kampung halaman saya di wajibkan untuk memiliki taman apotik hidup. Tujuannya tentu saja sebagai wadah darurat apabila warga membutuhkan tanaman herbal tertentu.

Transformasi Jamu Masa Kini

Di jaman serba modern seperti sekarang tak hanya alat komunikasi saja yang bertransformasi, jamu pun demikian. Mulai dari jaman masih menumbuk sendiri, beli dari mbok-mbok penjual jamu gendongan hingga yang sudah dalam bentuk kemasan.

Pada hakekatnya jamu tetaplah jamu, isinya ramuan herbal yang berfungsi untuk menyembuhkan. Tinggal jenis apa yang kita pilih, bisa disesuaikan sesuai kebutuhan. Bagi mereka yang sibuk tentu akan lebih memilih yang tidak ribet dan praktis seperti jamu kemasan.

Ngomong-ngomong soal keribetan, saya ada sedikit cerita. Sewaktu kecil saya sering sekali sakit tifus. Bapak saya kemudian berinisiatif membuat obat dengan mencari dan merebus cacing. Rasanya jangan dibayangkan, bikin saya muntah dan trauma selama bertahun-tahun.

Di daerah kami masih banyak yang percaya bahwa cacing bisa menyembuhkan tifus. Menurut beberapa penelitian, diungkapkan bahwa ekstrak cacing memang tidak membunuh bakteri salmonella thypi yang menyebabkan tifus tapi mampu membantu menurunkan demam pada penderitanya. Itu pun dengan catatan bukan sembarang cacing lho ya. Yang benar adalah cacing berjenis lumbricus rubellus.

Di jaman ini mencari cacing dan merebus sendiri tentu sudah tidak lagi relevan, terlebih dengan keterbatasan pengetahuan yang kita semua miliki. Salah-salah malah bisa berbahaya.

Jamu vermint berkhasiat meredakan demam

Sudah banyak obat dalam kemasan praktis. Salah satu contohnya jamu Vermint. Jamu ini dibuat dari ekstrak lumbicrus rubellus yang diolah dengan tekknologi modern dan higienis. Jamu ini tidak hanya bisa mengatasi demam akibat tifus saja tapi juga demam berdarah.

Obat herbal ini lebih praktis karena berbentuk kapsul dan bisa diminum segala usia. Tapi awas, tetap harus memperhatikan peringatan serta dosis sesuai aturan, ya!

Minum jamu itu pilihan tapi menjaga kesehatan itu wajib dilakukan. Karena nikmat hidup yang paling nikmat adalah kesehatan. Salam sehat untuk seluruh keluarga di Indonesia!


Resource: setkab.go.idjalurrempah.kemendikbud.go.idkemenlu.go.idalodokter.comalodokter.comhalodoc.comhalodoc.comfimela.com


Comments

  1. Waa saya jadi ingat dulu sewaktu kecil paman pernah nyangkul di kebun nyari cacing ternyata buat obat. Tau ada obat herbal praktis gtu mah nggak usah repot2 nyangkul segala, mana blm tentu ngolahnya bener juga. Sedih baru tahu infonya sekarang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul banget itu, ngapain repot sampe nyangkul2 Kak, ada yang lebih praktis dan aman sekarang :D

      Delete
  2. Nisya Assilmie31 May, 2024 22:06

    Nah ini nih orang tua dan saudara2ku perlu diedukasi, biar kalau tipes minum Vermint, nggak usah repot2 bikin jamu sendiri, makasih infonya Kak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama Kak Nisya, semoga informasi ini bermanfaat untuk keluarga Kakak :)

      Delete
  3. Solihah_Elshanum31 May, 2024 22:21

    Aku sekeluarga juga minum jamu, beda sama mbaknya, aku malah suka jamu yang pahit-pahit. Mungkin hidupku lebih pahit kali ya, hehehe. Aku sih ngg masalah mau jamu gendongan maupun kemasan, yang penting jamu aja!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hm, emang setiap orang punya selera sendiri-sendiri ya Kak. Apapun pilihannya yang paling utama tetep sehat ya Kak :)

      Delete
  4. Aku dan sekeluarga suka minum jamu, tetapi biasanya jamu beras kencur atau kunyit asam. Ternyata banyak manfaat jamu ya. Terima Kasih sudah memberikan informasi tentang jamu. Karena selama ini ya hanya suka minum saja, tanpa tahu manfaatnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama-sama Kak. Terima kasih sudah mampir di blog saya :)

      Delete
  5. Sy alhamdulillah smpe sekarang masih rutin konsumsi jamu gendong, meskipun sekarang hidup di sumatra yang bisa di bilang penjual jamu jarang tp bagaimanapun jamu wajib di konsumsi untuk menjaga daya tahan tubuh saya...kalupun tidak ketemu dengan penjualnya sy membuat sendiri dengan racikan sederhana seperti kunyit, jahe, temulawak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, mau di manapun tinggal tetep ya Kak, jamu ngg boleh ketinggalan. Karna efek kesehatannya kita sendiri yg rasakan 👍

      Delete
  6. kenapa ya gak ada yang bikin jamu jadi kaya minuman kekinian jaman sekarang, agar anak mudah tidak hanya meminum minuman2 yang tidak sehat penuh pengawet dan gula.

    ReplyDelete
  7. Sekarang sangat langka yg jualan jamu just walkin on 😑

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

China Diserang Pneumonia, Indonesia Tak Perlu Panik!

Unsplash.com/Diana Polekhina Pasca membaik dari Covid 19, publik kembali dikhawatirkan dengan berita munculnya wabah baru Pneumonia. Entah kebetulan atau bukan tapi wabah ini lagi-lagi datang dari negara tempat bermulanya Covid 19 yaitu China. Kasus pneumonia ini pertama dilaporkan pada 13 november 2023 lalu. Global times menyebut rumah sakit anak di China sudah kewalahan menerima pasien yang berjumlah rata-rata mencapai 9378 setiap harinya. WHO sendiri mengaku memantau mengenai peningkatan pneumonia yang sedang terjadi di China.  Prof Francois Balloux dari University College London menyebut adanya istilah hutang imunitas. Lockdown yang terjadi ketika covid 19 memicu fenomena keluarnya gelombang infeksi pernapasan. China sendiri diketahui melakukan lockdown lebih lama dibanding dengan negara-negara lain sehingga potensi terpaparnya akan lebih besar. Menanggapi fenomena yang tejadi di negaranya, Mi Feng selaku Komini Kesehatan Nasional menyampaikan bahwa pihaknya telah mengupayakan bebe

Bahaya Social Engineering (Soceng), Tabungan Miliaran Bisa Hilang dalam Satu Kedipan!

  Bagaimana rasanya jika tabungan miliaran, hasil jerih payah selama bertahun-tahun hilang dalam sekejap? Panik dan nyesek , bukan? Inilah yang dirasakan oleh Silvia Yap, seorang pengusaha aksesori yang tinggal di daerah Malang, Jawa Timur tahun 2023 lalu. Saldo miliknya senilai 1,4 miliar raib setelah ia menge- klik sebuah link file berdalih undangan pernikahan yang dikirim melalui aplikasi WhatsApp. Kata “Undangan Pernikahan” berhasil mengecoh perempuan malang berusia 56 tahun tersebut. Secara psikoligis, Silvia Yap menganggap wajar kiranya jika ia menerima pesan baru berisi undangan pernikahan dengan di sertai link layaknya undangan digital pada umumnya. Tak hanya Silvia Yap, kita pun akan cenderung tak menaruh curiga meski pun nomor yang muncul baru dan belum tersimpan. Kita akan berpikir mungkin saja itu dari seorang kawan yang lama tak bersua atau sudah lost contact . Tak disangka pikiran baik yang kita bangun justru menimbulkan malapetaka. File apk yang dibuka Sil