Skip to main content

Segenggam Cinta dalam Konser Amal Peluk Wamena


Banjir tak hanya soal Jakarta. Wamena, sebuah kota di lembah Baliem, bumi mutiara hitam Papua pun bisa terkena. Siapa sangka kota yang dulunya terkenal dengan keasrian dan kealamiannya itu kini berubah sendu. Air  merendam beberapa titik lokasi di kota kecil ini dan untuk pertama kalinya pemerintah Jayapura menetapkan status darurat banjir di Wamena sejak jumat 25 April 2025 lalu.

Uluran tangan mulai berdatangan khususnya dari pemerintah setempat dan satgas tanggap darurat. Bahan makanan, selimut, pakaian mulai disalurkan. Namun itu semua belum cukup karena total 31 distrik baru 14 distrik yang sudah mendapat  bantuan. Masalahnya bukan cuma itu, Wamena sebagai wilayah yang jauh dari ibu kota juga berhak mendapat perhatian yang sama. Baik dari pemerintah pusat maupun kita sebagai warga Indonesia.

Jarak tak membuat kita menjadi beda. Warga Wamena adalah saudara kita juga. Jika Palestina berhak mendapat bentuk kepedulian dari rakyat Indonesia maka tak beda dengan Wamena, mereka juga berhak mendapat perhatian yang sama. Salah satu wujud kepedulian itu ditorehkan dalam wujud konser amal bertajuk Peluk Wamena. Konser ini adalah bentuk solidaritas untuk saudara-saudara di Wamena yang terdampak banjir dan longsor.

Ada belasan seniman Papua yang turut menyumbangkan aksi dan suaranya dalam konser di M Bloc pada kamis 8 Mei 2025 lalu. Mereka adalah Bona Pascal, Abdul & The Coffee Theory, Lala Suwages, Nowela, Nobo Sasamu, Jimmy Bronx dan team, Mr. Whooper, Suara5, Albert Fakdawer, Frans Sisir, Boleh Karaokenya Kk, Moluccan Dance, Ian Williams serta Papua Original.

Aksi para seniman Papua

Berlangsung kurang lebih 4 jam, konser ini dihadiri tak hanya mereka warga Papua yang tinggal di Jakarta saja tapi juga warga non Papua yang juga ingin berpartisipasi dalam bentuk sumbangan. Beberapa dari mereka membawa tas berisi baju-baju layak pakai sementara yang lain memilih untuk berdonasi dalam bentuk uang.

Konser berjalan sedikit  terlambat. Lagu-lagu mulai dinyanyikan, salah satunya One Last Cry dari Brian Mcknight yang terdengar mengalun merdu melalui suara Bona Pascal, seorang musisi asal Sorong Papua sekaligus salah satu inisiator terselenggarakannya konser charity ini. 

Ia tak sendirian, ada Bapak Velix Wanggai, mantan pejabat gubernur Papua Pegunungan beserta Ibu Herwin Wanggai yang tak sekadar mengisiasi tapi juga memberikan dukungannya secara penuh. Ada pula Yayasan Rumah Beta (Bung Glen), M Bloc Jakarta, Most FM, Pace Rental, dan Music Pandemic yang juga turut memberikan dukungan.

Sore hari di hari kerja, M Block tak begitu punya banyak pengunjung, cafe-cafe di sekitaran pun terlihat sepi, hanya segelintir orang yang terlihat menikmati suasana. Konser dan pengunjung sama-sama bergerak pelan.  Meski begitu, semakin malam pengunjung semakin bertambah. 

Para muda mudi Papua datang dari wilayah Jakarta dan sekitarnya. Aktor senior Ari Sihasale bersama istri Nia Zulkarnaen terlihat duduk di bangku terdepan. Entah sejak kapan ia datang tapi putra Tembagapura itu terlihat menikmati acara. Sesekali ia menggerakkan kepala dan juga badannya seiring alunan musik yang tengah dimainkan.

Banyak lagu sudah dimainkan, di antaranya lagu-lagu tentang Papua dan Wamena. Sebuah alunan nada yang merekatkan mereka yang sama-sama berjarak dari tanah kelahiran. Tak adil rasanya jika bilang bencana mendatangkan berkah tapi bila yang dimaksud adalah kepedulian dan rasa persaudaraan rasanya cukup adil.  

Antusias penonton meningkat, mereka sabar menunggu musisi kesayangannya tampil, salah satunya juara Indonesia Idol season 8, Nowela. Malam itu ia tampil cantik elegan dengan setelan celana cream dan jas cokelat. Beberapa pengunjung mengerubunginya dan mengajaknya berfoto ria. 

Suasana bertambah pecah saat Nowela mulai bernyanyi. Suaranya yang khas dan kuat mendominasi setiap lekuk M Bloc. Penonton bersorak saat Nowela mengajak penonton berinteraksi. Mereka yang awalnya jauh dari panggung mulai mendekat. 2 lagu berhasil ia gemakan. Sebuah lagu Papua dan Semua Karena Cinta sebagai penutup. Penonton tak kuasa menahan diri untuk ikut bernyanyi sembari mengabadikan momen.

Aksi panggung Nowela

Di puncak acara, lelang kaos dan lukisan Glen Friedly dilakukan. Hanya dalam hitungan menit kaos bergambar Glen Friedly ludes terjual. Bicara soal M Bloc memang tak bisa lepas dari sosok yang satu ini sebagai salah satu pendirinya. Karena jasa beliaulah kawan-kawan Papua bisa menggunakan M Bloc untuk kegiatan charity tanpa harga sewa. 

Setelah Nowela ada Molluccan Dance dan Papua Original yang menutup serangkaian acara dengan kemeriahan musik dan tarian mereka. Penonton ikut menari dengan membentuk lingkaran. Mereka berputar entah ke berapa kali. Hingga lelah, hingga musik berhenti mengalun.

Kemeriahan rasa cinta malam itu mampu mengumpulkan donasi hingga 22 juta rupiah. Bukan sekadar uang, itu adalah kumpulan rasa kepedulian. Rasa bahwa kita masih satu bangsa dan satu negara. Rasa bahwa di tengah apapun bencana yang melanda,  kita tidak pernah benar-benar sendirian.  



Hai, saya Ire. Bagi saya hidup adalah lifelong learning, pembelajaran yang tiada akhir. Melalui blog ini mari sama-sama belajar sembari sesekali bercerita mengenai kisah perjalanan hidup yang sudah saya lewati :)

Comments