Orang lebih suka menyebut tempat ini, cafe
remang.
Di sini, aku mencuri pandang ke seorang
wanita bermata biru. Di matanya ada
binar penuh harap. Aku menganggap dia
wanitaku, meski dia tidak merasa. Sayang,
harapan itu tertuju pada laki-laki di hadapannya. Srigala penghancur hati wanita. Aku sering
mencium aroma adegan yang sama di tempat ini.
Kita lihat, dalam 10 hitungan, srigala itu
akan pergi meninggalkan wanitaku seorang diri. Dan benar, srigala pergi. Mata biru wanitaku berubah sendu, butiran air
keluar dari ke duanya. Ingin aku merengkuh dan menghangatkan bibirnya yang
ranum. Sayang, aku hanyalah kopi yang tinggal ampas di tangan lembutnya.
ihhhh kereeeennn! ternyata kopiiiii... bahhhh! pernah nulis juga (tapi cerpen) dengan twisted ending rada mirip ini, tentang cangkir kopi yang menjadi saksi bisu tapi gak di-publish di blog karena diikutkan dalam 1 lomba nulis dan menang. :D
ReplyDeleteEh, kalo' menang lomba cerpen gitu setelahnya boleh share ga'? share dong, jadi pengen baca :D
ReplyDelete